A homepage subtitle here And an awesome description here!

Senin, 07 Juli 2025

Mengukir Prestasi di Kota Sejuk Bersama Program Studi Manajemen Universitas Merdeka Malang

 

Sumber: Google

Di tengah suasana Kota Malang yang sejuk dan penuh semangat akademik, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Merdeka Malang (UNMER) hadir sebagai salah satu program studi unggulan yang secara konsisten menjadi pilihan favorit calon mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. Berada di bawah naungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang memiliki reputasi panjang, Program Studi Manajemen UNMER menawarkan proses pembelajaran yang tak hanya menekankan teori manajemen modern, tetapi juga menanamkan nilai kewirausahaan, inovasi, dan kepemimpinan.

Sejak berdiri, Program Studi Manajemen di UNMER terus berkomitmen untuk menghasilkan lulusan yang adaptif, kritis, dan siap menghadapi perubahan dinamika bisnis di tingkat lokal maupun global. Melalui kurikulum berbasis kompetensi, pembelajaran kolaboratif, serta didukung oleh tenaga pengajar berpengalaman, program ini menjadi magnet bagi generasi muda yang ingin mendalami dunia bisnis, manajemen, dan kewirausahaan.

Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Selalu Berinovasi

Keunggulan pertama yang menjadi daya tarik utama Program Studi Manajemen UNMER adalah kurikulumnya yang dirancang selaras dengan kebutuhan dunia kerja masa kini. Kurikulum ini terus diperbarui secara berkala agar sesuai dengan perkembangan ilmu manajemen, teknologi informasi, dan fenomena bisnis global.

Mahasiswa dibekali pemahaman menyeluruh di berbagai bidang seperti manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran, keuangan, operasional, hingga manajemen strategis. Tak hanya itu, kurikulum juga memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mempelajari mata kuliah pilihan yang sesuai minat, seperti digital marketing, business analytics, kewirausahaan, dan kepemimpinan.

Selain penguasaan teori, pendekatan pembelajaran berbasis kasus (case-based learning), diskusi, simulasi bisnis, serta proyek kelompok menjadi metode penting di Program Studi Manajemen UNMER. Mahasiswa tidak hanya dituntut hafal teori, tetapi juga mampu menganalisis, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah nyata di dunia bisnis.

Dosen Berwawasan Luas dan Dekat dengan Mahasiswa

Keunggulan lain yang tak kalah penting adalah kualitas tenaga pengajar. Dosen-dosen Program Studi Manajemen UNMER merupakan akademisi sekaligus praktisi yang memiliki rekam jejak panjang di dunia pendidikan, bisnis, dan penelitian. Banyak di antara mereka yang aktif menjadi pembicara seminar nasional dan internasional, penulis jurnal ilmiah, maupun konsultan bisnis.

Yang membedakan, dosen-dosen UNMER terkenal dekat dengan mahasiswa. Suasana perkuliahan menjadi lebih interaktif dan personal, karena mahasiswa bebas berdiskusi, bertanya, hingga membahas ide bisnis atau proyek yang ingin mereka kembangkan. Pendekatan ini menciptakan lingkungan belajar yang nyaman sekaligus mendorong mahasiswa lebih percaya diri.

Selain itu, para dosen juga selalu terbuka terhadap perkembangan ilmu baru. Mereka rajin mengintegrasikan tren bisnis seperti transformasi digital, sustainability, serta konsep bisnis berbasis teknologi ke dalam materi kuliah. Dengan begitu, mahasiswa Program Studi Manajemen UNMER tidak hanya siap menghadapi tantangan masa kini, tetapi juga perkembangan bisnis masa depan.

Fasilitas Pendukung Modern dan Lengkap

Sebagai kampus unggulan, Universitas Merdeka Malang menyediakan fasilitas pendukung pembelajaran yang lengkap dan modern bagi mahasiswa Program Studi Manajemen. Ruang kuliah dilengkapi pendingin ruangan, proyektor, serta akses internet yang mendukung perkuliahan interaktif dan presentasi.

Perpustakaan UNMER juga menjadi kebanggaan kampus. Koleksi buku teks manajemen, jurnal ilmiah nasional dan internasional, serta e-book selalu diperbarui agar sesuai dengan perkembangan ilmu manajemen terbaru. Perpustakaan yang nyaman ini menjadi tempat favorit mahasiswa untuk belajar mandiri, mengerjakan tugas, atau mencari inspirasi.

Selain itu, terdapat laboratorium komputer modern yang mendukung mahasiswa mempelajari aplikasi bisnis, seperti software statistik, akuntansi, atau analisis data. Area co-working space dan ruang diskusi juga tersedia sebagai tempat mahasiswa berdiskusi kelompok atau bekerja sama menyelesaikan proyek tugas akhir.

Lingkungan kampus yang asri dan hijau semakin menambah kenyamanan mahasiswa. Suasana ini tidak hanya mendukung proses belajar, tetapi juga menjadi ruang refleksi dan kreativitas mahasiswa.

Pembelajaran Praktis dan Kegiatan Mahasiswa yang Dinamis

Program Studi Manajemen UNMER menekankan pentingnya pembelajaran praktis untuk mendukung pemahaman teori. Oleh karena itu, mahasiswa sering dilibatkan dalam simulasi bisnis, lomba debat ekonomi, kompetisi business plan, hingga proyek riset pasar yang melibatkan data riil. Selain itu, kampus mendorong mahasiswa aktif di berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), organisasi intra kampus, serta himpunan mahasiswa manajemen. Kegiatan ini membentuk karakter kepemimpinan, kemampuan komunikasi, serta melatih mahasiswa bekerja sama dalam tim. Kegiatan rutin seperti seminar bisnis, workshop kewirausahaan, serta kunjungan industri menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran. Melalui program tersebut, mahasiswa mendapatkan wawasan langsung tentang praktik manajemen di perusahaan, bagaimana tantangan di dunia bisnis sebenarnya, serta kiat-kiat sukses dari praktisi dan alumni.

Sumber : Google

            Fokus pada Kewirausahaan dan Inovasi

Sebagai kampus yang terletak di kota kreatif dan penuh semangat bisnis seperti Malang, Program Studi Manajemen UNMER memberi perhatian khusus pada pengembangan jiwa kewirausahaan mahasiswa. Kurikulum dan kegiatan kampus dirancang agar mahasiswa tidak hanya siap menjadi profesional, tetapi juga wirausaha muda yang inovatif.

Banyak mahasiswa Program Studi Manajemen UNMER yang sejak kuliah sudah memiliki bisnis sendiri mulai dari bisnis kuliner, clothing line, hingga digital marketing agency. Kampus mendukung melalui kegiatan pelatihan bisnis, inkubator wirausaha, serta pembinaan langsung dari dosen dan praktisi.

Semangat ini sesuai dengan visi kampus untuk mencetak lulusan yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru dan memberi kontribusi nyata bagi masyarakat.

Jejaring Alumni yang Kuat dan Menginspirasi

Hingga saat ini, Program Studi Manajemen UNMER telah meluluskan ribuan alumni yang tersebar di berbagai bidang profesi: manajer di perusahaan swasta dan multinasional, pengusaha, konsultan bisnis, dosen, hingga profesional di bidang keuangan dan pemasaran. Keberhasilan alumni menjadi bukti nyata mutu pendidikan di Program Studi Manajemen UNMER. Jejaring alumni yang kuat juga menjadi nilai tambah bagi mahasiswa. Alumni sering diundang sebagai pembicara tamu, mentor, atau mitra magang, sehingga mahasiswa mendapatkan gambaran langsung tentang dunia kerja. Hubungan erat antara alumni dan kampus ini menciptakan ekosistem akademik yang saling mendukung.

Dukungan Kota Malang sebagai Kota Pendidikan

Tak lengkap membahas Program Studi Manajemen UNMER tanpa menyinggung keunggulan Kota Malang sebagai kota pendidikan. Suasana kota yang sejuk, biaya hidup terjangkau, serta banyaknya tempat belajar dan berdiskusi seperti kafe, taman kota, dan ruang publik menjadikan Malang sebagai tempat ideal bagi mahasiswa.

Atmosfer akademik di Malang juga didukung banyaknya seminar, pelatihan, serta komunitas profesional yang membuka kesempatan bagi mahasiswa manajemen UNMER untuk memperluas wawasan dan jaringan.

Komitmen terhadap Mutu dan Akreditasi

Program Studi Manajemen UNMER Malang memiliki akreditasi baik dari BAN-PT, yang menjadi wujud komitmen kampus terhadap standar mutu pendidikan. Kampus juga menerapkan sistem evaluasi berkala, baik pada kurikulum, metode pengajaran, maupun layanan akademik, agar terus meningkatkan kualitas lulusan.

Selain itu, UNMER menjalin kerja sama dengan berbagai kampus luar negeri, perusahaan, dan lembaga riset, sehingga mahasiswa mendapatkan kesempatan mengikuti pertukaran pelajar, program double degree, maupun riset kolaboratif internasional.

Profil Lulusan yang Dicetak: Adaptif, Kreatif, dan Siap Bersaing

Mahasiswa Program Studi Manajemen UNMER diarahkan untuk menjadi lulusan yang adaptif terhadap perubahan, mampu berpikir kritis dan strategis, serta memiliki keterampilan komunikasi dan kepemimpinan. Selain itu, lulusan juga dibekali jiwa kewirausahaan agar tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi juga pencipta lapangan kerja. Dengan pembelajaran yang komprehensif, penguatan soft skills, serta jejaring yang luas, lulusan Program Studi Manajemen UNMER terbukti siap bersaing di pasar kerja nasional dan internasional.

Pilihan Tepat untuk Masa Depan

Dengan reputasi panjang, tenaga pengajar yang berkompeten dan berwawasan luas, kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri, serta dukungan fasilitas modern dan lingkungan belajar yang nyaman, Program Studi Manajemen Universitas Merdeka Malang menjadi salah satu pilihan tepat bagi siapa saja yang ingin meniti karier cemerlang di dunia bisnis dan manajemen. Di kampus ini, mahasiswa tidak hanya diajarkan untuk memahami teori, tetapi juga dilatih menjadi pemimpin masa depan yang kreatif, inovatif, dan memiliki integritas. Lingkungan Kota Malang yang asri dan penuh semangat akademik menjadi penunjang sempurna, sehingga belajar di Program Studi Manajemen UNMER bukan hanya tentang meraih gelar, tetapi juga proses menjadi pribadi yang lebih matang, siap berkarya, dan berkontribusi untuk bangsa.


Hangatnya Rumah, Ramainya Hati: Catatan Anak Ketiga

 


Aku anak bungsu, anak ketiga, dan meskipun banyak orang bilang anak bungsu biasanya manja atau pendiam, sebenarnya aku nggak pendiam-pendiam banget. Aku justru suka ramai, apalagi kalau sudah urusan masak. Entah kenapa, sejak kecil aku senang berdiri di samping ibu di dapur, memperhatikan cara beliau mengiris bawang, mencicipi kuah sayur, atau meracik bumbu. Lama-lama jadi keterusan sampai sekarang, dan keluarga pun sudah hafal: kalau ada aku, pasti ada makanan.

Kadang aku suka bercanda sendiri, “Di keluarga ini, tugasku bikin semua kenyang dan bahagia.” Dan walaupun terdengar sederhana, ternyata itu cukup bikin aku dekat dengan semua orang, dari kakak pertama, kakak kedua, sampai sepupu dan ponakan.

Kakak pertamaku perempuan, dia tipe yang perhatian, suka mengingatkan ini-itu, dan kadang kelihatan cerewet. Pernah dia bilang, “Kamu itu nggak cuma harus pintar masak, tapi juga harus jaga kesehatan, jangan kebanyakan makan gorengan.” Awalnya bikin kesal, tapi aku tahu itu bentuk sayangnya. Dia juga sering jadi orang pertama yang memuji kalau aku bikin makanan baru. Pernah aku bikin donat untuk pertama kalinya, dan dia bilang, “Wah enak juga ya, kamu berbakat.” Mendengar itu bikin aku senyum seharian.

Sementara kakak keduaku cowok, dan dia lebih cuek. Dia jarang komen soal masakanku, kadang cuma nyeletuk, “Lumayan lah,” sambil ngambil lagi. Tapi justru itu jadi pujian paling tulus. Soalnya kalau dia nggak suka, dia pasti langsung bilang, “Apa ini? Aneh.” Jadi kalau dia nambah porsi, itu tandanya benar-benar enak.

Ayahku sendiri pendiam, tapi beliau selalu jadi orang yang paling pertama duduk di meja makan saat aku bilang, “Yah, sudah jadi nih, dicoba ya.” Dan meskipun cuma senyum kecil atau bilang, “Enak,” itu rasanya lebih berarti daripada komentar panjang. Ibu, tentu saja, jadi guruku di dapur. Ibu suka bilang, “Masak itu soal hati, bukan cuma soal resep.” Awalnya aku nggak paham, tapi makin ke sini, aku sadar: kalau masak sambil senyum, hasilnya selalu lebih nikmat.

Keluarga kami nggak sering liburan jauh. Kebanyakan waktu kami habiskan di rumah, kadang di akhir pekan kami nonton film bareng sambil ngemil popcorn buatan sendiri, atau aku bikin camilan baru yang resepnya aku lihat di internet. Kakak pertama biasanya sibuk pilih film, kakak kedua protes, “Jangan film drama lagi,” dan aku ikut tertawa melihat mereka ribut kecil.

Pernah aku bilang ke ibu, “Nggak apa-apa ya kita nggak liburan jauh?” Ibu jawab sambil tersenyum, “Liburan nggak selalu soal tempat, kadang cukup soal siapa yang bersama kita.” Dan aku setuju banget. Karena meskipun hanya di rumah, kami selalu punya cerita.

Yang paling seru adalah kalau sudah kumpul keluarga besar. Meskipun keluarga inti kami jarang pergi liburan, keluarga besar kami justru sangat kompak. Biasanya kalau Lebaran, ulang tahun nenek, atau acara syukuran, kami semua ngumpul di rumah nenek. Rumahnya nggak terlalu besar, tapi selalu penuh tawa.

Aku punya banyak sepupu, ada yang lebih tua, ada juga yang lebih muda. Ada yang pendiam, ada juga yang rame banget. Begitu ketemu, suasana langsung pecah. Sepupu-sepupuku suka manggil aku, “Eh, masakin dong! Katanya kamu jago masak?” Dan aku memang senang banget kalau bisa masak ramai-ramai bareng mereka. Kadang kami bikin kue sederhana, kadang bikin bakwan goreng bareng sambil nunggu waktu berbuka puasa.

Ponakan-ponakanku juga selalu bikin suasana lebih hidup. Ada yang suka minta dibuatkan kue kesukaannya, ada yang ikut-ikutan bantu padahal malah bikin dapur makin berantakan. Tapi anehnya, aku selalu senang. Melihat tangan kecil mereka pegang sendok atau mangkok, rasanya seperti melihat versi kecilku dulu saat pertama kali ikut ibu di dapur.

Aku ingat waktu acara keluarga terakhir, sepupuku yang paling bawel bilang, “Gimana sih caranya biar donatmu empuk kayak kemarin?” Aku jelasin sambil ketawa, dan mereka dengarkan dengan antusias. Momen seperti itu sederhana, tapi bikin aku merasa dekat. Nggak ada jarak, meskipun jarang ketemu.


Kakak pertama biasanya bantu ibu-ibu lain di dapur juga. Kadang dia jadi semacam ketua dapur dadakan: ngatur siapa bikin apa, ngecek bumbu, dan mengingatkan siapa pun yang mulai bercanda kelewat lama. Sementara kakak kedua lebih sering di luar: main sama ponakan cowok, ngurusin kursi atau kipas angin, atau sekadar duduk sambil ngobrol sama sepupu cowok yang lain. Dia memang kelihatan cuek, tapi sebenarnya selalu ikut bantu kalau ada yang perlu diangkat atau dipindah.

Kalau malam, kami sering duduk di teras rumah nenek. Suara jangkrik, angin malam, dan cerita-cerita masa kecil. Paman dan bibi cerita tentang ayah dan ibu waktu muda, sepupu-sepupu saling ejek, dan ponakan kecil berlarian ke sana kemari. Aku cuma duduk sambil tersenyum, sambil kadang mengelus kepala ponakan yang duduk di pangkuanku.

Ada juga keluarga bibiku yang meskipun hidup sederhana, selalu ceria. Sepupuku pernah bilang, “Kita sih jarang makan di restoran, tapi yang penting ramai.” Mendengar itu aku tersenyum. Rasanya mirip sekali dengan keluargaku sendiri. Setiap keluarga punya caranya masing-masing untuk bahagia.

Keluarga pamanku juga selalu penuh cerita. Anak-anaknya aktif dan punya banyak prestasi. Kadang aku dengar cerita mereka juara lomba atau liburan ke luar kota. Dulu aku sempat iri, tapi lama-lama aku sadar, aku juga punya kebanggaan sendiri: bisa masak untuk keluarga, membuat orang-orang tersenyum karena makananku.

Kadang ada juga ponakan kecil yang nyeletuk polos, “Tante, bikinin kue yang kemarin dong!” Atau sepupu yang bilang, “Kangen nih sama donat buatanmu.” Bagi orang lain mungkin itu cuma kalimat biasa, tapi buatku itu bukti kalau apa yang aku lakukan ada artinya. Bikin aku merasa berguna, meskipun hanya lewat sepiring kue atau semangkuk sup.

Yang paling aku suka, saat kami semua makan bareng. Nggak ada yang sibuk pegang HP, semua ngobrol, tertawa, dan sesekali menggoda siapa yang makan paling banyak. Kadang ayah, yang biasanya pendiam, juga ikutan cerita masa mudanya. Ibu duduk di samping beliau, sesekali tertawa kecil. Dan aku akan menatap mereka semua sambil bilang dalam hati, “Untung aku punya keluarga kayak gini.”

Meskipun keluarga inti kami lebih banyak di rumah, jarang punya foto liburan berlatar pemandangan indah, justru rumah ini jadi tempat paling indah. Dapur jadi tempat aku paling sering menghabiskan waktu, bereksperimen bikin kue, atau mencoba resep baru yang kadang gagal, tapi selalu ada yang mau mencicipi. Kakak pertama jadi orang pertama yang selalu jujur, kakak kedua mungkin cuek tapi nggak pernah menolak kalau diajak jadi ‘tester’, dan ibu yang selalu sabar memberiku tips-tips lama yang kadang nggak ada di buku resep.

Aku pernah bilang ke kakak pertama, “Enak ya, punya keluarga besar yang ramai kayak gini.” Dia jawab, “Iya, meskipun jarang ketemu, tapi pas ketemu rasanya deket lagi.” Kakak kedua yang duduk nggak jauh cuma nyeletuk, “Yang penting makanannya enak.” Kami semua tertawa.

Sebagai anak bungsu, aku merasa punya posisi unik. Aku belajar banyak dari kakak-kakakku, belajar sabar dari ibu, belajar diam yang bermakna dari ayah, dan belajar jadi bagian dari keluarga besar yang selalu saling mendukung.

Mungkin kami jarang liburan, nggak punya banyak foto di tempat wisata, tapi punya ratusan cerita lucu di dapur, di teras rumah, di meja makan. Dan buatku, itu lebih dari cukup.

Karena, seperti kata ibu, “Yang penting kita sama-sama, sehat, dan saling sayang. Itu sudah liburan paling mahal.”

Dan aku percaya, rumah kami dengan bau masakan yang memenuhi dapur, tawa keluarga besar yang pecah saat berkumpul, dan cinta yang meskipun tak selalu diucapadalah tempat paling bahagia di dunia.


Sabtu, 05 Juli 2025

Malang Teduh, Malang Seribu Sudut, Kota Adem yang Selalu Punya Spot Seru


Sebagai orang Malang asli, kadang aku senyum sendiri waktu dengar orang luar bilang, “Enak ya tinggal di Malang.” Soalnya memang iya, Malang itu enak banget buat ditinggali. Bukan cuma karena hawanya yang sejuk dan makanannya yang bikin kangen, tapi juga karena kota ini punya banyak banget spot pendukung yang bikin hidup di sini jadi lebih asyik.

Bayangin deh: pagi-pagi jalanan Malang masih diselimuti udara dingin, pohon-pohon besar di pinggir jalan bikin suasana adem meski matahari mulai naik. Jalan Ijen, contohnya, dengan deretan bangunan tua dan trotoar lebar yang nyaman banget buat jalan kaki atau lari pagi. Kadang aku suka santai di sini sambil dengerin lagu, dan rasanya pikiran lebih ringan.

Malang dikenal sebagai kota pelajar, dan aku sendiri bangga banget. Di sini ada Universitas Brawijaya, kampus luas dengan pepohonan tinggi dan taman-taman hijau di tengahnya. Ada juga Universitas Negeri Malang yang cantik banget, penuh taman bunga dan tempat duduk teduh yang sering dipakai mahasiswa buat belajar bareng. Belum lagi Universitas Muhammadiyah Malang, kampus megah yang jadi tujuan banyak mahasiswa dari luar kota. Dan masih banyak kampus lain: Polinema, Universitas Merdeka, sampai kampus swasta kecil yang suasananya nggak kalah asik.

Tapi Malang nggak cuma soal gedung kampusnya. Kota ini juga punya banyak banget spot pendukung buat mahasiswa dan siapa pun yang suka belajar, nongkrong, atau cari inspirasi. Contohnya kafe. Jumlah cafe di Malang kayak nggak ada habisnya: dari cafe modern yang desainnya minimalis dan instagramable, sampai cafe kecil yang homey banget, penuh tanaman hijau dan lampu temaram. Banyak kafe buka pagi-pagi, cocok buat sarapan sambil buka laptop. Malam pun masih ramai, ada yang nugas, ada yang sekadar ngobrol santai.


Sumber : Pinterest

Selain cafe, Malang juga punya banyak taman kota yang bikin belajar dan santai jadi lebih asyik. Alun-Alun Tugu, misalnya, dengan kolam teratainya yang cantik, pas banget buat duduk sambil baca buku atau denger musik. Ada juga Alun-Alun Merdeka yang lebih rame, tempat anak-anak main, pedagang kaki lima jualan, dan keluarga kumpul. Suasana kayak gini bikin Malang hidup, tapi nggak sumpek.

Kalau mau tempat yang punya nilai sejarah, ada Kayutangan Heritage. Kawasan ini dipugar jadi lebih cantik, tapi tetap mempertahankan bangunan tuanya. Malam-malam jalan kaki di sini rasanya syahdu banget: lampu jalan kuning temaram, orang-orang ngobrol santai, dan bau kopi dari kafe kecil di pinggir jalan. Buatku, Kayutangan bukan cuma tempat foto-foto, tapi juga spot buat cari inspirasi dan ngelamun sambil mikir masa depan. Malang juga punya spot pendukung lain yang jarang dibicarakan, tapi penting banget: ruang-ruang komunitas. Banyak banget anak muda Malang yang bikin acara, diskusi, pameran seni, atau workshop. Kadang diadakan di cafe, kadang di galeri seni kecil, kadang juga di aula kampus. Semua ini bikin Malang terasa hidup dan penuh energi.

Aku sering lihat teman-teman mahasiswa yang aktif di komunitas musik, teater, tari tradisional, sampai komunitas fotografi. Mereka sering latihan di taman, halaman kampus, atau bahkan sudut kafe. Dan serunya, semua orang di Malang seperti saling dukung. Mau kamu pendatang atau orang asli kayak aku, kalau punya karya atau ide, biasanya ada saja yang bantuin.Yang nggak kalah penting, Malang punya banyak spot kuliner yang juga jadi tempat ngumpul. Bakso Malang, cwie mie, pecel, rawon, sampai angkringan pinggir jalan — semua jadi tempat mahasiswa dan warga ngobrol santai. Malam-malam duduk di warung bakso, sambil ngobrolin tugas atau rencana liburan bareng teman, itu momen sederhana yang bikin kangen.

Sebagai orang asli, aku ngerasa Malang punya “rasa” yang susah dijelaskan. Ademnya nggak cuma di cuaca, tapi juga di suasana hati. Semua terasa santai, nggak terburu-buru, dan meskipun kota ini makin ramai, tetap ada banyak sudut tenang yang bisa disinggahi kalau lagi capek. Pagi hari di Malang juga istimewa. Bangun tidur, buka jendela, udara segar langsung nyapa wajah. Suara motor mahasiswa yang berangkat kuliah, penjual sarapan yang lewat, dan kabut tipis di atas pohon-pohon tinggi. Rasanya bikin semangat walaupun jadwal kuliah padat.

Malam hari juga punya cerita sendiri. Banyak mahasiswa yang nongkrong sampai larut, nugas di kafe, atau sekadar duduk di trotoar Kayutangan. Kadang aku cuma lewat sambil lihat mereka, dan rasanya hangat. Malang nggak pernah benar-benar tidur, tapi juga nggak pernah bising sampai bikin pusing. Yang bikin aku bangga sebagai warga Malang juga adalah semangat kreatif anak mudanya. Banyak yang buka usaha sendiri: coffee shop, distro baju, toko kue, atau galeri seni kecil. Semua ini muncul dari obrolan santai, diskusi di kafe, atau ide spontan. Malang memang punya banyak spot pendukung yang bikin ide itu bisa tumbuh.

Malang juga jadi rumah untuk banyak cerita: mahasiswa yang datang jauh-jauh dari Sumatera, Kalimantan, sampai Papua, lalu jatuh cinta sama suasana kotanya. Ada yang pertama kali belajar mandiri, pertama kali jatuh cinta, pertama kali patah hati, dan semua terjadi di sudut-sudut kota Malang: di cafe, di kampus, di taman, atau di pinggir jalan. Meskipun kota ini berubah, banyak mall dan cafe baru, Malang tetap punya hati yang sama: adem, santai, dan penuh keramahan. Warga Malang itu apa adanya, logatnya medok, suka ngobrol panjang meski baru kenal. Itu juga jadi spot “tidak terlihat” yang mendukung: kehangatan orang-orangnya.

Buatku sendiri, Malang adalah tempat lahir, tempat belajar, dan tempat jatuh cinta pada hal-hal kecil: aroma bakso panas di malam hari, jalan rindang di siang hari, lampu kuning Kayutangan di senja hari, dan suara tawa mahasiswa di trotoar. Semua itu jadi bagian dari cerita hidupku. Jadi, kalau ada yang tanya kenapa Malang disukai semua orang, jawabanku: karena Malang punya segalanya. Kampus yang bagus, suasana belajar yang adem, makanan enak, kafe dan taman buat cari ide, kawasan heritage yang cantik, komunitas yang aktif, dan tentu saja, orang-orang yang ramah.

Malangku teduh, Malangku seribu sudut — kota yang nggak cuma nyaman buat ditinggali, tapi juga selalu punya spot pendukung untuk siapa saja yang mau belajar, berkarya, dan jatuh cinta lagi sama hidup. 


Desa Sumberejo , Pagak, dan Kabupaten Malang : Kota Kelahiranku

 

Sumber : Google

Pagi di desaku, Sumberejo Bekur yang terletak di Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, selalu punya pesona sendiri. Kabut tipis sering masih menggantung di atas sawah, suara ayam jadi alarm alami, dan semilir angin pagi bikn suasana adem. Kadang aku suka bilang ke teman, “Di sini, semua terasa apa adanya, nggak ada yang dibuat-buat.”

Salah satu hal yang selalu bikin aku bangga, Pagak ini lokasinya strategis banget. Letaknya nggak terlalu jauh dari jalur menuju pantai selatan Malang, kayak Balekambang, Ngliyep, sampai Sendang Biru yang pasirnya putih kecoklatan dan ombaknya lumayan besar. “Kalau mau ke pantai, dari sini tuh gampang,” kataku sering ke teman-teman yang penasaran. Jadi, meskipun desaku kelihatan sederhana, tapi sebenarnya dekat banget sama wisata alam yang cantiknya nggak kalah sama tempat terkenal lain di Indonesia.

Sehari-hari di Sumberejo Bekur, kebanyakan warga hidup dari bertani. Ada yang nanam padi, jagung, dan juga sayur-sayuran. Pagi hari jadi waktu paling sibuk, karena kalau telat bangun, bisa ketinggalan rezeki. Ibuku selalu bilang, “Bangun pagi itu separuh dari keberhasilan.” Dan memang, lihat sawah yang terbentang luas sambil menghirup udara segar pagi itu rasanya susah diganti sama apapun.

Sumber : Google

Selain bertani, banyak juga yang beternak kambing, sapi, atau ayam. Suara kambing mengembik dan ayam berkokok jadi latar musik sehari-hari yang bikin suasana desa selalu hidup. Anak-anak kecil sering main bola di lapangan tanah, kadang sampai berdebu-debuan, tapi mereka ketawa lepas kayak nggak ada beban. Aku sering mikir, “Bahagia itu ternyata sesederhana ini.”

Yang aku paling suka dari desa ini adalah rasa kebersamaan. Di sini, kalau ada hajatan kayak pernikahan atau selamatan, semua orang pasti turun tangan bantu. “Nggak ada yang kerja sendirian,” kataku ke teman yang pernah main ke sini. Gotong royong bukan cuma tradisi, tapi kayak jadi nafas sehari-hari kami.

Waktu musim panen tiba, suasana desa berubah. Sawah yang tadinya hijau jadi kuning keemasan, warga rame-rame motong padi, ngangkut, dan ngikat jadi satu. Kadang sambil nyanyi atau bercanda. Aku sering bantu juga meskipun cuma sebentar. “Capek sih, tapi suasananya seru banget,” kataku waktu itu ke sepupuku.

Desaku juga punya sumber air alami yang airnya dingin dan jernih. Dulu waktu kecil, aku sering mandi sama teman-teman di situ. “Airnya segar banget!” kataku sambil ketawa kedinginan. Sampai sekarang, kalau mandi di sana rasanya tetap sama nyamannya. Nggak jauh dari situ, ada juga kebun jati yang sering jadi tempat istirahat pas siang. Duduk di bawah pohon sambil dengar suara daun jati bergesekan itu bikin hati tenang. “Enak banget, kayak lupa sama masalah,” kadang aku ngomong sendiri.

Yang bikin Pagak istimewa, selain suasana pedesaan yang damai, juga karena letaknya yang dekat ke pantai selatan. Bayangin, dari sawah kita bisa langsung lanjut jalan ke pantai yang cantik, lihat sunset, atau sekadar duduk dengar deburan ombak. Aku sering bilang ke teman, “Pagak ini kecil, tapi strategis banget. Mau ke pantai tinggal gas dikit.

     Dari desaku, kita juga nggak jauh kalau mau ke tempat wisata lain di Malang. Kabupaten Malang itu luas banget, punya banyak tempat keren yang bikin namanya terkenal sampai ke luar daerah. “Malang itu lengkap banget,” kataku ke temen dari luar kota. Mau pegunungan yang sejuk, ada Batu dan Pujon dengan kebun apel dan taman bunga. Mau wisata keluarga, ada Jatim Park, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi.

Malang juga punya banyak pantai cantik di selatan yang masih alami. Pasir putih, batu karang, dan ombak besar yang cocok buat surfing. Kadang aku mikir, “Keren juga ya, dari desa kecil kayak Sumberejo Bekur kita bisa gampang banget main ke pantai secantik ini.” Nggak heran kalau Malang dijuluki pesona wisata Indonesia. Karena memang, paduan pegunungan, pantai, dan suasana pedesaan kayak di desaku bikin Malang jadi tempat yang istimewa.

Malam hari di desaku juga punya cerita sendiri. Langitnya gelap dan bintangnya jelas banget karena lampu jalan nggak banyak. Suara jangkrik sama kentongan ronda jadi teman. “Langit di desa tuh nggak ada duanya,” kataku ke adikku waktu sama-sama duduk di teras sambil lihat bintang.

Pagak juga masih kuat dengan tradisi dan budaya lokal. Ada selamatan desa, tahlilan, dan pentas seni yang bikin warga berkumpul. “Budaya tuh bukan cuma warisan, tapi juga identitas kita,” kataku waktu ngobrol sama teman-teman. Anak muda di sini juga nggak malu ikut melestarikan. Rasanya kalau budaya itu hilang, desanya juga kayak kehilangan jiwanya.

Aku juga punya harapan besar buat desaku. Semoga jalan-jalan makin bagus, sekolah makin lengkap, dan ada banyak peluang kerja biar anak-anak muda nggak harus merantau jauh. 

Dari kecil sampai sekarang, aku selalu sadar satu hal: keindahan itu nggak harus selalu tentang tempat wisata terkenal. Kadang justru ada di tempat paling sederhana kayak desaku di Pagak. Tempat di mana sawah terbentang luas, orang-orang saling kenal, dan angin sore selalu bawa rasa tenang. Tempat di mana kita gampang ke pantai, tapi juga tetap bisa pulang ke rumah sambil denger jangkrik malam.

Dan kalau ada yang nanya kenapa aku suka banget sama desaku, aku cuma bilang, “Karena di sini aku selalu merasa pulang, dan Pagak ini kecil tapi punya pesona besar, apalagi dekat sama keindahan pantai selatan Malang yang bikin Malang pantas dibilang sebagai salah satu pesona Indonesia.”