Sabtu, 05 Juli 2025

Desa Sumberejo , Pagak, dan Kabupaten Malang : Kota Kelahiranku

 

Sumber : Google

Pagi di desaku, Sumberejo Bekur yang terletak di Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, selalu punya pesona sendiri. Kabut tipis sering masih menggantung di atas sawah, suara ayam jadi alarm alami, dan semilir angin pagi bikn suasana adem. Kadang aku suka bilang ke teman, “Di sini, semua terasa apa adanya, nggak ada yang dibuat-buat.”

Salah satu hal yang selalu bikin aku bangga, Pagak ini lokasinya strategis banget. Letaknya nggak terlalu jauh dari jalur menuju pantai selatan Malang, kayak Balekambang, Ngliyep, sampai Sendang Biru yang pasirnya putih kecoklatan dan ombaknya lumayan besar. “Kalau mau ke pantai, dari sini tuh gampang,” kataku sering ke teman-teman yang penasaran. Jadi, meskipun desaku kelihatan sederhana, tapi sebenarnya dekat banget sama wisata alam yang cantiknya nggak kalah sama tempat terkenal lain di Indonesia.

Sehari-hari di Sumberejo Bekur, kebanyakan warga hidup dari bertani. Ada yang nanam padi, jagung, dan juga sayur-sayuran. Pagi hari jadi waktu paling sibuk, karena kalau telat bangun, bisa ketinggalan rezeki. Ibuku selalu bilang, “Bangun pagi itu separuh dari keberhasilan.” Dan memang, lihat sawah yang terbentang luas sambil menghirup udara segar pagi itu rasanya susah diganti sama apapun.

Sumber : Google

Selain bertani, banyak juga yang beternak kambing, sapi, atau ayam. Suara kambing mengembik dan ayam berkokok jadi latar musik sehari-hari yang bikin suasana desa selalu hidup. Anak-anak kecil sering main bola di lapangan tanah, kadang sampai berdebu-debuan, tapi mereka ketawa lepas kayak nggak ada beban. Aku sering mikir, “Bahagia itu ternyata sesederhana ini.”

Yang aku paling suka dari desa ini adalah rasa kebersamaan. Di sini, kalau ada hajatan kayak pernikahan atau selamatan, semua orang pasti turun tangan bantu. “Nggak ada yang kerja sendirian,” kataku ke teman yang pernah main ke sini. Gotong royong bukan cuma tradisi, tapi kayak jadi nafas sehari-hari kami.

Waktu musim panen tiba, suasana desa berubah. Sawah yang tadinya hijau jadi kuning keemasan, warga rame-rame motong padi, ngangkut, dan ngikat jadi satu. Kadang sambil nyanyi atau bercanda. Aku sering bantu juga meskipun cuma sebentar. “Capek sih, tapi suasananya seru banget,” kataku waktu itu ke sepupuku.

Desaku juga punya sumber air alami yang airnya dingin dan jernih. Dulu waktu kecil, aku sering mandi sama teman-teman di situ. “Airnya segar banget!” kataku sambil ketawa kedinginan. Sampai sekarang, kalau mandi di sana rasanya tetap sama nyamannya. Nggak jauh dari situ, ada juga kebun jati yang sering jadi tempat istirahat pas siang. Duduk di bawah pohon sambil dengar suara daun jati bergesekan itu bikin hati tenang. “Enak banget, kayak lupa sama masalah,” kadang aku ngomong sendiri.

Yang bikin Pagak istimewa, selain suasana pedesaan yang damai, juga karena letaknya yang dekat ke pantai selatan. Bayangin, dari sawah kita bisa langsung lanjut jalan ke pantai yang cantik, lihat sunset, atau sekadar duduk dengar deburan ombak. Aku sering bilang ke teman, “Pagak ini kecil, tapi strategis banget. Mau ke pantai tinggal gas dikit.

     Dari desaku, kita juga nggak jauh kalau mau ke tempat wisata lain di Malang. Kabupaten Malang itu luas banget, punya banyak tempat keren yang bikin namanya terkenal sampai ke luar daerah. “Malang itu lengkap banget,” kataku ke temen dari luar kota. Mau pegunungan yang sejuk, ada Batu dan Pujon dengan kebun apel dan taman bunga. Mau wisata keluarga, ada Jatim Park, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi.

Malang juga punya banyak pantai cantik di selatan yang masih alami. Pasir putih, batu karang, dan ombak besar yang cocok buat surfing. Kadang aku mikir, “Keren juga ya, dari desa kecil kayak Sumberejo Bekur kita bisa gampang banget main ke pantai secantik ini.” Nggak heran kalau Malang dijuluki pesona wisata Indonesia. Karena memang, paduan pegunungan, pantai, dan suasana pedesaan kayak di desaku bikin Malang jadi tempat yang istimewa.

Malam hari di desaku juga punya cerita sendiri. Langitnya gelap dan bintangnya jelas banget karena lampu jalan nggak banyak. Suara jangkrik sama kentongan ronda jadi teman. “Langit di desa tuh nggak ada duanya,” kataku ke adikku waktu sama-sama duduk di teras sambil lihat bintang.

Pagak juga masih kuat dengan tradisi dan budaya lokal. Ada selamatan desa, tahlilan, dan pentas seni yang bikin warga berkumpul. “Budaya tuh bukan cuma warisan, tapi juga identitas kita,” kataku waktu ngobrol sama teman-teman. Anak muda di sini juga nggak malu ikut melestarikan. Rasanya kalau budaya itu hilang, desanya juga kayak kehilangan jiwanya.

Aku juga punya harapan besar buat desaku. Semoga jalan-jalan makin bagus, sekolah makin lengkap, dan ada banyak peluang kerja biar anak-anak muda nggak harus merantau jauh. 

Dari kecil sampai sekarang, aku selalu sadar satu hal: keindahan itu nggak harus selalu tentang tempat wisata terkenal. Kadang justru ada di tempat paling sederhana kayak desaku di Pagak. Tempat di mana sawah terbentang luas, orang-orang saling kenal, dan angin sore selalu bawa rasa tenang. Tempat di mana kita gampang ke pantai, tapi juga tetap bisa pulang ke rumah sambil denger jangkrik malam.

Dan kalau ada yang nanya kenapa aku suka banget sama desaku, aku cuma bilang, “Karena di sini aku selalu merasa pulang, dan Pagak ini kecil tapi punya pesona besar, apalagi dekat sama keindahan pantai selatan Malang yang bikin Malang pantas dibilang sebagai salah satu pesona Indonesia.”


0 komentar:

Posting Komentar